BI Papua Optimalkan GNPIP untuk Jaga Harga dan Pasokan Pangan Akhir Tahun

PROVINSIEKONOMI

Wakil Gubernur Papua, Aryoko Rumaropen dan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua, Faturachman saat mengunjungi pelaku UMKM di Halaman Kantor Gubernur Papua, Kamis (13/11).

Jayapura | Bank Indonesia (BI) bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Papua dan daerah otonomi baru terus memperkuat upaya menjaga stabilitas harga sekaligus memperkuat ketahanan pangan di wilayah Papua.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua, Faturachman, menjelaskan bahwa BI bersama TPID dan TPIP terus memperkuat komitmen pengendalian inflasi melalui sinergi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), yang sejak 2022 menjadi wadah kolaborasi lintas mitra kerja baik di pusat maupun daerah.

"Inflasi Kota Jayapura pada Oktober 2025 tercatat 0,53% (yoy), berada di bawah target nasional 2,5±1% (yoy). Capaian ini menunjukkan keberhasilan sinergi berbagai pihak, mengingat Papua sempat mengalami inflasi tinggi pada September 2022 yang mencapai 8,62% (yoy) sebelum berhasil dikendalikan secara konsisten sejak 2023,"jelas Faturachman, Jayapura Kamis (13/11).

Ia menambahkan, Hingga Oktober 2025, BI bersama TPID Papua dan DOB telah melaksanakan 402 kegiatan GNPIP, terdiri dari:

273 operasi pasar/Gerakan Pangan Murah (GPM), termasuk yang melibatkan rumah ibadah,

4 fasilitas distribusi pangan, salah satunya diresmikan pada kegiatan hari ini,

14 pelatihan Good Agricultural Practices (GAP), termasuk budidaya bawang putih bersama petani Wamena, 6 High Level Meeting dan Capacity Building TPID,

Penyaluran sarana prasarana pertanian seperti cultivator, mobile RMU, kendaraan VIAR roda 3, pompanisasi, dan perangkat digital farming (sensor zat hara tanah) kepada delapan kelompok tani dan nelayan.

Memasuki periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru, BI memetakan komoditas yang berpotensi mengalami peningkatan harga, seperti:

angkutan udara, bawang merah, tomat, beras, dan daging ayam ras.

Namun hasil diskusi bersama retailer dan distributor di Kota Jayapura memastikan bahwa stok pangan strategis aman selama Nataru.

Dari sisi produksi, BI mencatat potensi panen kelompok tani binaan: Cabai merah: 4 ton (Jayapura & Keerom), 12 ton (Papua Selatan), 13 ton (Papua Tengah), Bawang merah: 55 ton

Padi: 18 ton

Potensi produksi ini diharapkan menjaga kecukupan pasokan selama libur akhir tahun.

Sebagai bagian dari strategi komunikasi pengendalian inflasi, BI melibatkan Gen Z dalam lomba konten edukasi inflasi berbahasa daerah serta lomba karya tulis ilmiah. BI juga menggelar capacity building bersama media massa.

Kegiatan hari ini dimeriahkan talkshow “Bincang Ketahanan Pangan: Petani Garda Membangun Negeri”, yang mendorong minat petani milenial.

BI juga mengapresiasi 13 kelompok tani dan nelayan, 4 distributor sembako, serta 15 UMKM yang terlibat. Dalam transaksi GPM dan UMKM, masyarakat didorong menggunakan fitur terbaru QRIS TAP.

Melalui FKUB, para tokoh agama turut diajak untuk menghimbau masyarakat menjaga keamanan dan berbelanja bijak menjelang Nataru.

Papua memiliki 22.730 petani muda sebagai kekuatan besar sektor pertanian. Namun 95% di antaranya belum menggunakan teknologi. Karena itu BI mendorong penguatan tiga faktor produksi—tenaga kerja, teknologi, dan investasi—serta penerapan smart farming dan praktik GAP untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing.

Ketahanan pangan menjadi kunci menghadapi ketidakpastian global dan juga mendukung program strategis pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) serta percepatan penanganan stunting.

"Melalui tema “Jaga Pangan, Jaga Papua”, BI mengajak seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah daerah, Bulog, pelaku usaha, hingga masyarakat, memperkuat sinergi untuk menjaga stabilitas harga dan ketahanan pangan di Papua," Tutup Faturachman. (Redaksi)